Select Menu
Select Menu

Favourite

KABAR CIREBON

INDRAMAYU

MAJALENGKA

CIREBON

KUNINGAN

JABAR

WONG CILIK

Seni Budaya

Kuliner

» » Pupuk Langka di Cirebon, Hasil Panen Padi Menurun


Unknown 07.40 0


SUMBER, (PRLM).- Pemupukan yang kurang optimal membuat hasil panen padi di Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon menurun hingga tiga puluh persen.

Kondisi itu dipicu oleh kelangkaan pupuk bersubsidi dan melambungnya harga pupuk non subsidi, sehingga para Petani sulit memenuhi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan selama masa tanam.

Salah seorang petani Desa Marikangen, Suminah (45) mengatakan, musim tanam kali ini produktifitas tanaman padi garapannya hanya berkisar rata-rata empat ton per hektare.

“Biasanya saya panen bisa sampai enam ton dari satu hektar lahan. Tidak tahu kenapa sekarang bulir gabahnya tak sepadat dan sebesar biasanya, jadi bobotnya ringan,” ujarnya di sela-sela panen, Selasa (24/6/2014).

Menurut Suminah, pasokan air untuk sawahnya pada musim tanam kali ini sangat melimpah. Soalnya Suminah memang menanam padi di saat curah hujan cukup tinggi dan debit air di saluran irigasi Desa Marikangen masih tinggi. Begitu juga dengan masalah hama tikus yang sejak awal sudah diantisipasi, tidak dirasakan banyak berpengaruh.

Meskipun demikian, Suminah Namun ia mengakui bahwa pemupukan selama musim tanam itu tidak seoptimal musim tanam sebelumnya. Ia cukup yakin bahwa faktir itulah yang membuat hasil panennya kali ini menurun cukup drastis.

Hal senada diungkapkan petani lain, Sudirno (50). Ia mengaku sempat melewatkan beberapa kali waktu pemupukan selama masa tanam. Hal itu terpaksa dilakukan, karena dirinya tak memiliki uang untuk membeli pupuk non subsidi.

“Waktu itu pupuk bersubsidi tidak ada di mana-mana mas. Padahal uang saya saya hanya cukup untuk pupuk bersubsidi,” ucapnya.

Kini, Sudirno merasakan imbas dari pemupukan yang kurang optimal tersebut. Dari satu hektar lahan, Sudirno hanya bisa mendapatkan hasil tiga ton gabah atau turun sekitar 40 persen dari hasl panen musim sebelumnya yang mencapai lima ton.

Sudirno hanya berharap harga jual gabahnya bisa tinggi untuk menutupi biaya produksinya selama masa tanam. Oleh karena itu, ia berencana segera menjual hasil panennya sebelum petani di wilayah lain memasuki masa panen raya.

Seperti diberitakan sebelumnya, kekhawatiran penurunan hasil panen akibat kurang optimalnya pemupukan juga dirasakan oleh para petani padi di Kecamatan Kaliwedi.

“Saya terpaksa menggunakan pupuk tunggal karena NPK sempat langka di pasaran. Biasanya tanpa NPK hasil panen hanya mencapai 4,5 ton per hektare, sangat jauh dibandingkan dengan penggunakan NPK yang bisa menggenjot hasil panen sampai 6 ton per hektare,” ujarnya.

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama