BNN Cirebon : Banyak Pelajar Konsumsi Narkotika
Unknown
01.03
0
KESAMBI, (CNC).- Mahal dan sulitnya mendapatkan narkotika dan obat (narkoba) dan zat psitropika lainya, membuat para pecandu narkoba mulai mengalihkan konsumsi kepada obat-obat apotek yang mudah didapat dan lebih murah, seperti, dextro, tramdol, hingga trihexyphenidyl (Trihex). Padahal obat tersebut bila dikonsumsi secara berlebihan dan terus menerus, dapat menyebabkan ketergantungan dan yang paling mengerikan bias menyebakan gangguan syaraf, kerusakan hati, kerusakan ginjal hingga penyebab kematian.
Disinyalir, hingga beberapa tahun kemarin, peredaran obat jenis tersebut telah merambah kepada para remaja hingga pelajar sekolah mulai dari SD, SMP, SMA hingga Mahasiswa. Diduga kuat, pemasok peredaran obat tersebut berada pada sejumlah apotek dikawasan Lawanggada Kecamatan Kesambi Kota Cirebon.
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Cirebon, Yayat Sosyana mengaku bila saat ini dirinya tidak menampik bahwa peredaran obat jenis tersebut masih pada beberapa pelajar baik tingkat SD, SMP maupun SMA.
"Ini terbukti dengan keluhan sejumlah para guru saat kami memberikan sosialisasi di beberapa sekolah, dari data kasar kami, ada sekitar 600 pengguna narkoba diwilayah Cirebon, dan kebanyakan pelajar," kata Yayat, Jumat(27/6).
Dia pun mengeluhkan, sampai hari ini pihaknya (BNN,red) dan pihak kepolisian belum bisa menindaklanjuti peredaran obat jenis tersebut.
Karena, selain tidak masuk dalam UU Narkotika. Kewenangan untuk menyetop maupun meminimalisir peredaran obat tersebut adalah milik Dinas Kesehatan.
"Artinya untuk penyetopan dan penutupan apotik yang mengeluarkan obat tersebut ada pada Dinkes. Teknisnya seperti apa tanya saja ke Dinkes," jelas Yayat.
Dijelaskanya, peredaran obat tersebut kini telah merambah pada kalangan pelajar dan sudah terkategori parah. Yayat menduga, murahnya harga obat dan lemahnya pengawasan dari dinkes menjadi alas an tersendiri obat tersebut dapat mudah beredar dan dibeli oleh siapapun.
"Bila dibandingkan narkoba dan psitropika lain, harganya jauh berbeda. Obat tersebut sangat murah dan gampang ditemui,dengan Rp 5 ribu saja mereka sudah bias mendapatkan puluhan obat," jelas Yayat.
Disinggung adakah tindakan yang dilakukan BNN Kota Cirebon. Yayat mengaku untuk saat ini pihaknya belum bisa melakukan penyelidikan dalam setiap jenis penyalagunaan narkoba, tak terkecuali obat apotik tersebut.
"Kami saat ini belum pada tahap penyelidikan, program kami saat ini masih fokus pada pemetaan saja, namu pihak kepolisian gencar melakukan razia obat tersebut, bahkan ada beberapa apotik yang ditutup," ujarnya.
Yayat sendiri mengaku prihatin dengan hal tersebut. Bahkan ia pun meminta kepada sejumlah guru dan orang tua murid untuk selalu melakukan pengawasan intensif di sekolah dan diluar sekolah.
"Bagaimanapun sesungguhnya pengawasan utama pada orangtua. Orang tua harus mengontrol para anaknya agar tak terjerumus kedalam lingkaran obat tersebut. Selain itu, guru juga harus tetap fokus untuk mengawasi disekolah," pungkas Yayat. (Enon/CNC)