Select Menu
Select Menu

Favourite

KABAR CIREBON

INDRAMAYU

MAJALENGKA

CIREBON

KUNINGAN

JABAR

WONG CILIK

Seni Budaya

Kuliner

» » Maestro Seni Ukir Cirebon yang Terpinggirkan Garap Proyek Berbulan-bulan, Rela Dapat Upah Rendah


Unknown 00.32 0


CIREBON - Berawal dari hobinya di dunia seni ukir, kini Sukardi (35), warga Desa Gegesik Kidul, Kecamatan Gegesik, menjadi salah satu maestro muda yang namanya sudah “mendunia”. Kisah itu bermula ketika Sukardi menjadi kuli bangunan bersama rekan-rekannya di Jakarta. Di sana, dia mendapat proyek pembangunan rumah milik konglomerat Bob Hasan sekitar tahun 1994.

Di saat itulah, ketertarikannya di dunia seni ukir terus berkembang sampai menjadi profesi utama hingga sekarang. “Waktu pembangunan rumah milik Bob Hasan itu, saya melihat ada seorang perajin seni ukir yang sedang mengerjakan pintu penuh dengan ukiran. Saya merasa tertarik dan belajar dengan melihat cara pembuatannya,” kenang Sukardi, ketika menceritakan pengalamannya.

Setahun kemudian, dia mulai mencoba mengeksplorasi karyanya itu dengan membuat Kereta Paksi Nagaliman. Dibantu dua orang rekannya, Sukardi mengerjakan proyek pesanan dari Pemerintah Sumedang tersebut selama 5 bulan. Hasilnya, cukup memuaskan. Dari situlah nama Sukardi semakin “mendunia”. Bahkan buah karya ukirannya terkenal bukan hanya di kalangan masyarakat  biasa, tapi juga pejabat.

Pucuk dicinta, ulam tiba. Pada 1996, Sukardi kebanjiran order. Salah satunya datang dari Keraton Kesepuhan yang minta dibuatkan Pedati berukuran besar yang proses pembuatannnya memakan waktu hingga 7 bulan. Bahkan di tahun yang sama, dia juga mendapat order pembuatan Kereta Singa Barong yang ditempatkan di rumah salah satu tokoh masyarakat di Gunungjati.

Sukardi mengaku sampai saat ini sudah lebih dari 100 karya seni ukir dibuatnya. Mulai dari karya seni ukir wayang sampai kereta kencana.Dikatakan Sukardi, lama pembuatan seni ukir tersebut tergantung dari tingkat kesulitannya. Namun demikian, rata-rata lama proses pembuatan antara 10 hari sampai 7 bulan.

“Saya garap order sesuai pesanan. Sepanjang saya berkarya, pengerjaan yang paling rumit adalah pembuatan Kereta Singa Barong yang memakan waktu 7 bulan,” ujarnya. Meski terbilang lama, namun pria yang dikaruniai satu orang anak ini mengaku hanya mendapat upah Rp7 juta. Wajar saja, kalau sampai saat ini buah karyanya itu belum mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

“Sampai saat ini saya belum punya rumah dan masih mengontrak di sebuah rumah kecil di Desa Gegesik Kidul,” ujar pria yang sempat mendapat penghargaan dari Sultan Abdul Ghani ini.

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama