Select Menu
Select Menu

Favourite

KABAR CIREBON

INDRAMAYU

MAJALENGKA

CIREBON

KUNINGAN

JABAR

WONG CILIK

Seni Budaya

Kuliner

» » Pengusaha Limbah Kaca di Cirebon Tembus Jepang-Australia


Unknown 23.11 0


KESAMBI- Berbagai produk kerajinan bisa dibuat dari bahan baku limbah kaca. Potensi ekonomi inilah yang dilirik oleh Dian dan Mahfud dari Sanggar Alam Sunyaragi. Kedua pria ini menyulap serpihan kaca yang tak bernilai menjadi produk bernilai jual tinggi, seperti plakat miniatur dan menara. Tak hanya pasar domestik, produk plakat dari limbah kaca ini juga merambah pasar ekspor.
Usaha kerajinan limbah kaca dilakoni oleh Dian, Pimpinan Sanggar Alam Sunyaragi. Dian mulai menjajaki usaha kerajinan limbah kaca sejak tiga tahun lalu. Dia mengaku tertarik dengan usaha ini lantaran ingin membantu penyelamatan lingkungan, sekaligus sebagai usaha.

Dian berharap, dengan memanfaatkan limbah kaca, tidak ada lagi serpihan-serpihan kaca yang terbuang percuma begitu saja. “Apalagi di Kota Cirebon belum banyak yang menggarap bisnis ini,” katanya. Dengan modal kreativitas dan ketekunan, lanjut Dian, bisnis ini masih memiliki prospek bagus. Apalagi dengan pasokan bahan baku yang melimpah dan mudah diperoleh, membuat usaha ini makin menarik.
Bahan baku limbah kaca didapatkannya dari bongkaran toko-toko etalase. Selain menjual langsung, Dian juga menjual lewat dunia maya. Dari berbagai produk kerajinan yang dibuatnya, permintaan paling banyak terutama produk plakat dan lampu hias.

Plakat kaca banyak dipesan akademisi dan mahasiswa Cirebon, selain itu ada juga konsumen dari seluruh Indonesia. “Sering ikut pameran-pameran soalnya, diajak sama dinas pariwisata,” lanjutnya.
Tak hanya pasar domestik, permintaan kerajinan limbah kaca juga datang dari negeri Australia dan Jepang. Harga yang ditawarkan untuk kerajinan kaca buatan Dian dan Mahfud, serta perajin Sanggar Alam Sunyaragi lainnya tak terlalu mahal. Adapun untuk miniatur kaca, harganya bervariasi, dari Rp35 ribu sampai Rp1 juta, tergantung bentuk dan ukuran. Beberapa bentuk miniatur yang pernah dibuat yakni gapura khas Cirebon hingga Candi Borobudur.

“Tapi kita banyak produksi miniatur gapura khas Cirebon, sebagai bentuk pengenalan budaya Cirebon,” kata Mahfud. Proses pengerjaan plakat dan miniatur kaca ini tak butuh waktu lama. Dalam sehari, Mahfud dan perajin lainnya bisa membuat hingga lima unit.
“Prosesnya cuma bentuk pola, memotong kaca sesuai ukuran, lalu dibentuk menggunakan lem untuk menempel,” jelasnya. Setiap produk dibuat satu-satu dengan tangan atau handmade. Setiap proses pembuatan memerlukan ketelitian dan kehati-hatian agar tidak merusak bentuk yang telah dibuat. Dari penjualan produk suvenir dan miniatur kaca, Mahfud mengaku bisa mendapat omzet bernilai puluhan juta per bulan. (Radar)

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama